Monday, December 24, 2012

Pentingnya Hijauan untuk Pertumbuhan Ternak


I. PENDAHULUAN
A. Manfaat Hijauan
Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat besar peranannnya bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi(daging, susu) maupun untuk reproduksi.
Di Indonesia pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi-tepi jalan, pinggir-pinggir jalan, pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan tanah kuburan, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak.
Pada umumnya para peternak terutama di daerah tropis khususnya di Indonesia menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisa-sisa hasil pertanian. Hijauan makanan yang berasal dari alam (rumput liar) tanpa pemeliharaan yang khusus akan mempunyai produksi rendah yaitu 30 ton per hektar pertahun (tanpa pemupukan) dan 100 hektar perhektar pertahun (dipupuk) juga nilai gizi yang rendah, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya yaitu dengan cara pemeliharaan dan budidaya rumput unggul.
Rumput unggul sebagai salah satu hijauan makanan ternak belum dikenal oleh sebagian besar petani, kecuali di beberapa perusahaan sapi dan instansi pemerintah terkait. Padahal penyediaan hijauan makanan ternak secara kontinyu dalam jumlah yang cukup dan bernilai gizi tinggi sangat diperlukan pada setiap usaha peternakan. Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah ruah, sedangkan pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya peternak memberi sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami.
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas padi yang digunakan. Kendala utama dari pemanfaatan jerami padi sebagai salah satu bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar tinggi dan protein serta daya cerna yang rendah. Untuk itu, jerami padi perlu ditingkatkan nilai gizinya dengan melakukan pengolahan, baik fisik, kimia maupun biologis.
2 | M o d u l T e k n o l o g i H M T
Berdasarkan sumbernya hijauan dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu :
1. Graminae (rumput).
2. Leguminosae (kacang-kacangan).
3. Sisa hasil pertanian.
Hijauan adalah bahan pakan vegetative berasal dari tanaman yang terdiri atas daun, ranting dan batang baik dalam segar maupun sudah diawetkan (silage dan hay). Perananya sangat penting bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi maupun untuk reproduksi.
Kebutuhan hijauan sebagai bahan pakan setiap ternak berbeda sebagaimana tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan pakan (%) berbagai jenis ternak
Pakan ternak
Babi
Unggas
Sapi perah
Sapi daging
Domba dan kambing
Penguat
Hijauan
97.4
2.6
95.3
4.7
26.2
73.8
18.4
81.6
6.0
94.0
Sumber : Susetyo dkk. (1969).
B. Iklim dan Fisiologi Tanaman
Iklim merupakan kombinasi dari unsur-unsur suhu, kelembaban, curah hujan, angin dan tekanan udara yang mempengaruhi hijauan (Siregar dan Djajanegara, 1971). Faktor iklim yang terpenting di Indonesia adalah curah hujan, suhu dan kelembaban. Di Jawa, Madura, Bali dan Lombok ternak-ternak mendapat hijauan dari daerah-daerah sekitar yang jumlahnya tak terjamin sepanjang tahun. Pada musim hujan produksi hijauan cukup banyak, sedangkan pada musim kemarau sebaliknya dan ternak menderita kelaparan, selain itu pada musim kemarau kadar protein dan mineral dalam rumput-rumputan akan menurun (Sitorus dan Siregar, 1978).
Pertumbuhan merupakan salah satu hasil proses fisiologi dan metabolisme yang terdapat didalamnya. Proses-proses tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan. Sifat genetik yang mempengaruhi pertumbuhan ditentukan oleh pembawa sifat yang terkandung di dalamnya (Dede Setiadi, 1978). Sedangkan faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman adalah temperatur, air, radiasi energi, komposisi atmosfir, struktur tanah, reaksi tanah dan faktor biotik yaitu penyakit, tanaman pengganggu dan insekta (Tisdale dan Nelson, 1966).
3 | M o d u l T e k n o l o g i H M T
Faktor pembatas yaitu bila suatu proses dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, laju proses akan dibatasi oleh faktor yang dalam keadaan terendah (Hari Suseno,1974).
Temperatur bagi tanaman berfungsi dalam proses fotosentesa, respirasi, permiabilitas dinding sel, absorpsi, serta transpirasi. Temperatur yang optimum bervariasi tergantung pada speciesnya. Pada rumput-rumput tropika temperatur yang optimum untuk pertumbuhan antara 30 dan 350C. Kenaikan temperatur akan meningkatkan proses fotosintesa, tetapi pada temperatur lebih dari 370 C pada umumnya akan mengakibatkan fotosintesa turun dan akan berhenti pada temperatur 430C Hari Suseno, 1974).
Pada umumnya tanaman daerah tropika tidak dapat melakukan fotosintesa pada temperatur rendah dari 50 0C, meskipun cahayanya cukup dan CO2 pun tidak kurang, akan tetapi kegiatan fotosintesa akan terhambat jika temperatur tetap rendah (Dwijoseputra,1978).
Pada dasarnya proses fotosintesa merupakan penyerapan energi cahaya matahari dan diubah menjadi energi kimia dalam tanaman. Klorofil mempunyai kemampuan mengabsorbsi radiasi energi dari matahari dan diubah kedalam bentuk energi kimia yang berupa molekul gula. Klorofil yang terletak pada bagian tanaman yang berwarna hijau mempunyai kemampuan yang khusus untuk membuat karbohidrat dengan bantuan sinar matahari dari bentuk CO2 dan air.
Proses fotosintesa adalah sebagai berikut :
6 CO2 + 12 H2O + (energi matahari) C6H12O6 (glukosa) + 6 H2O + 6 O2
Pada garis besarnya proses fotosintesa dibagi dalam 3 fase (Bidwell, 1974):
1). Absorbsi cahaya dan pengumpulan energi cahaya.
2). Pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia.
3). Penetapan dan penyimpananan energi kimia.
Dalam proses fotosintesis banyaknya suplay cahaya ditentukan oleh panjang hari, musim, total awan dan faktor lain yang berhubungan dengan lingkungan (Sppeding, 1971).
Bila intensitas cahaya rendah maka tanaman akan kurang respon terhadap pemupukan nitrogen, mudah rebah dan produksinya relatif rendah. Cahaya merupakan sumber energi pada proses fotosintesa karenanya intensitas (banyaknya sinar per cm2 per detik), kualitas (berapa panjang gelombang) dan lamanya penyinaran sangat berpengaruh pada proses fotosintesa tersebut. Berapa banyaknya energi yang dimiliki oleh cahaya itu tergantung kepada panjang pendeknya gelombang. Sinar ungu yang lebih pendek gelombangnya dari sinar merah mempunyai kuantum lebih banyak dari pada sinar merah (Dwijiseputro,1978).
4 | M o d u l T e k n o l o g i H M T
Respirasi dalam tanaman pada dasarnya merupakan kebalikan dari proses fotosintesa, substansi yang bercampur dengan oksida (karbohidrat) dibongkar menjadi CO2, air dan energi.
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 2 H2O + energi
Proses respirasi ini dikontrol oleh enzim yang dihasilkan dari protoplasma (Hughes dan Metacalfe, 1972).
Temperatur mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan respirasi. Pada 0oC respirasi sangat sedikit, sedangkan pada temperatur 30oC sampai 40oC respirasi sangat giat. Tetapi kalau temperatur terus menerus naik 30oC maka kegiatan respirasi hanya sebentar, setelah 2 atau 3 jam tampak berkurang kegiatan tesebut. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh tidak aktifnya enzim-enzim, bertimbunnya CO2, kurangnya O2 dan kurangnya persediaan substrat.
Pada tanaman transpirasi pada hakekatnya merupakan suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari panas sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air.
Temperatur juga mempengaruhiai respon terhadap nitrogen yang akan berakibat terutama pada pertumbuhan tanaman dan yang ke dua mempengaruhi proses-proses kimia dan biologi yang terjadi dalam tanah. Tempertur penting pada pertumbuhan tanaman oleh pengaruh populasi mikroba dalam tanah, yang umumnya bertambah dengan naiknya temperatur dalam tanah. Temperatur yang optimum dalam tanah untuk pertumbuhan rumput dan leguminisa yang baik adalah sama dengan temperatur udara optimum (Wilson, 1978).
Absorbsi air dalam tanah dan larutan bertambah dengan naiknya temperatur tanah, air dibutuhkan untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesa, transfortasi unsur-unsur hara dan mineral. Kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, tetapi lebih sering dijumpai pada periode pertengahan atau akhir periode pertumbuhan tanaman. Air merupakan faktor yang sangat penting, kekurangan air dapat mengakibatkan desintegrasi klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di musim kering.
Untuk dapat lebih lengkap mengakses modul-modul tersebut dapat menghubungi STPP Bogor, Jl. Cibalagung No 1 Bogor atau melalui email: stppbogor@deptan.go.id

No comments:

Post a Comment