Monday, December 24, 2012

Paper Petai cina (Leucaena leucocephala)


1.   Deskripsi
Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut.
Petai cina ( leucaena  leucocephala)  pohon  tingggi sampai 18 m, bercabang banyak dan kuat, dengan   kulit batang abu-abu dan lenticel yang jelas. Daun bersirip dua dengan 4-9 pasangan sirip, bervariasi dalam panjang sampai 35 cm, dengan glandula besar (sampai 5 mm) pada dasar petiole, helai daun 11-22 pasang/sirip, 8-16 mm x 1-2 mm, akut. Bunga sangat banyak dengan diameter kepala 2-5 cm,stamen (10 per bunga) dan pistil sepanjang 10 mm. Buah polong 14-26 cm x 1,5-2 cm, pendant, coklat pada saat tua. Jumlah biji 18-22 per buah polong, berwarna coklat.   
http://www.mekarsari.com/images/thumnail/242_2.jpg
Gambar.1. petai cina (leucaena)
http://www.mekarsari.com/images/thumnail/242_1.jpg
Gambar. 2. Leucaena.
Leucaena leucocephala.jpg
Gambar. 3. Diliat dari dekat pohon leucaena.

2. Adaptasi

Leucaena Leucocephala Adaptasi rendah pada tanah asam tidak subur Pertumbuhan rendah pada suhu rendah dan rentan terhadap suhu beku. Relatif lemah pada saat masih kecil (bibit) dan lambat tumbuh.  Produksi tinggi pada tanah yang sesuai, Tahan terhadap musim kering yang panjang dan tetap berdaun pada musim kering.
Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 °C); dengan ketinggian di atas 1000 ml. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di wilayah dengan kisaran curah hujan antara 650-3.000 mm (optimal 800-1.500 mm) pertahun; akan tetapi termasuk tidak tahan penggenangan.
Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 13—18 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m³ perhektare pertahun.

3.      Sifat Tumbuh
Tanaman lamtoro  tumbuh tegak dan tinggi dengan tajuk yang lebar, sehingga sangat cocok dengan salah satu fungsinya sebagai tanaman pelindung.
4.      Perbanyakan
Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Tanaman ini juga bisa diperbanyakan dengan cara persemaian, dan bila ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam jumlah banyak.            

5.      Produksi
Produksi tanaman  Luecaena biasanya dalam bentuk hijauan segar,
6.      Kegunaan
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya.
 Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak. Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani).
Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran lamtoro memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen.

7.      Sumber Bacaan

Zoer’aini djaal irwan. 1992. Ekologi lingkungan hidup. Cetakan II. Jakarta
Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi, lingkungan hiup dan pembangunan, djambatan, jakarta.

PENYAKIT PADA UNGGAS dan PENCEGAHANNYA


Dalam suatu peternakan yang dikelola secara baik dan benar, pencegahan penyakit merupakan salah satu tindakan penting yang harus diterapkan oleh peternak. Pencegahan penyakit jauh lebih baik dilakukan dibandingkan mengobati ayam yang sudah sakit. Apabila pencegahan penyakit dilakukan secara intensif maka kecil kemungkinan ayam akan terserang penyakit. Dalam banyak kasus ayam tidak terlepas dari serangan penyakit. Ayam akan terserang penyakit jika kondisi lingkungan buruk dan ketahanan fisiknya merosot, kondisi lingkungan tidak mendukung atau kualitas dan kuantitas pakan kurang.
A.  Penyakit yang disebabkan oleh virus
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus sebagian besar menimbulkan kematian dan kesakitan yang tinggi bahkan menimbulkan kematian sampai 100 %. Sayangnya, penyakit-penyakit tersebut tidak bisa ditanggulangi hanya dengan pemberian obat, tetapi dapat dicegah kejadiannya dengan melakukan vaksinasi yang besar.
Adapun beberapa jenis penyakit yang sering menimbulkan kematian pada ayam yang disebabkan oleh virus adalah sebagai berikut:
1.    Tetelo atau ND
a.    Pengenalan
Jenis penyakit ini dikenal sebagai penyakit yang kondang di Indonesia. Bahkan keberadaan bibit penyakitnya telah dilihat oleh pakar Belanda tahun 1926 di Indonesia. Penyakit ini menyerang semua unggas. Pada ayam ras petelur, penyakit ini menyerang anak ayam dan ayam remaja, dan dalam kasus yang buruk juga pada ayam dewasa. Bila sudah menyerang dapat menimbulkan kematianhingga 80%dari total ayam yang ada, bahkan bisa memusnahkan anak ayam dan ayam remaja.
b.    Gejala Klinis
Ayam yang sakit terkena tetelo menunjukan gejala sebagai berikut:
•   Sulit bernafas
•   Batuk-batuk
•   Bersin lesu
•   Mata mengantuk
•   Sayap terkulai ke bawah
•   Tidak aktif bergerak
•   Jengger tampak biru kehitaman
•   Tinja encer, hijau, dan kadang-kadang mengandung darah

c.    Penyebab
Tetelo ini disebabkan oleh virus dengan nama Myxovirus Multiforme. Penyakit ini menyerang terutama pada pergantian musim ( pancaroba ) dan kotak langsung dengan ayam yang sakit melalui udara atau binatang pembawa ( carrier ). Penyebaran penyakit dapat pula melalui burung peliharaan atau burung liar yang berada di sekitar atau masuk ke dalam kandang.



d.   Pencegahan
Ayam yang menderita ND tidak dapat diobati. Usaha pencegahan yang paling epektif adalah melakukan vaksinasi. Ayam yang pernah terjangkit harus dimusnahkan karena dapat bertindak sebagai sumber penyakit.
2.    Infeksi Bronchitis
a.    Pengenalan
Penyakit Infeksi Bronchitis (IB) pada unggas adalah suatu penyakit yang menyerang alat pernapasan. Ayam yang terserang penyakit ini dapat ditandai oleh kesulitan bernapas dan mengap-mengap diikuti oleh penurunan produksi telur secara tajam. Penyakit ini menyerang pada ayam muda.
b.    Gejala klinis
Ayam sulit bernafas, merenek, mata berair, tidak aktif, dan tidak mau makan. Apabila gejala ini terjadi sebaiknya segera memanggil petugas teknis lapangan pabrik obat yang menjual vaksin untuk memastikan keberhasilan vaksinasi IB.
c.    Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan corona.
d.   Pencegahan
Penyakit bronchitis dapat dicegah lewat vaksinasi. Jenis vaksin yang dapat digunakan adalah vaksin galur Massachusetts dan Connecticut, yang dapat diberikan lewat tetes mata atau hidung, bisa juga melalui air minum. Kalau menggunakan vaksin LB Aktif ( Bioral H-120 ), vaksin dilakukan pada umur 7 hari, 30 hari, dan 10 minggu dengan cara tetes mata. Selanjutnya pemberian vaksin dilanjutkan umur 18 minggu dengan vaksin ND-LB inaktif.
3.    Gumboro
a.    Pengenalan
Penyakit Gumboro disebut juga Infectious Bursal Disease (IBD) atau Avian Nephrosis. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menciri terhadap keluarga Birnaviridae, penularan sangat cepat, akut, menyerang anak ayam usia 2 – 14 minggu. Gumoro tidak menimbulkan kematian secara langsung tetapi infeksi sekunder sesudahnya mengakibatkan banyak kematian.
b.    Gejala Klinis
Ayam sakit terkena gumboro menunjukkan gejala sebagai berikut:
•   Gejala diare berlendir
•   Nafsu makan dan minum menurun
•   Badan gemeter, sukar sendiri
•   Bulu disekitar anus kotor.
•   Perilakunya suka mematuk disekitar kloaka akibat peradangan bursa fabrikus yang terletak di atas dubur.
c.    Penyebab
Penyebab gumboro adalah virus IBD ( Infection Bursal Disease ) yang merupakan golongan red virus dan mempunyai struktur RNA. Dalam tubuh ayam, virus ini bertahan hidup lebih dari 3 bulan dan setelah itu masih bersifat infektif.
d.   Pencegahan
Penyakit gumboro tak bisa diobati, tetapi terdapat penyakit sekunder bisa dilakukan pengobatan dengan antibiotik seperti Sulfonamidus atau Nitrofurans.
Usaha pengobatan yang paling epektif adalah tindakan vaksinasi. Program vaksinasi yang baik dapat membantu menurunkan timbulnya penyakit. Bangkai ayam yang mati dan tinja ayam yang sakit karena gumboro harus dimusnahkan
dengan cara dikubur atau dibakar.
Pencegahannya dengan cara sanitasi kadang dan vaksinasi pada umur 1 hari. Ayam divaksinasi dengan vaksin gumboro gabungan ( aktif dan inaktif ). Vaksin berikutnya pada umur 21 hari, 6 minggu dan 10 minggu dengan vaksin gumboro aktif ( Gumboro CT ). Kalau perlu diulangi pada umur 40 minggu dengan gumboro inaktif secara intramuskular.

Mengetahui Lebih Jauh Lagi Pengertian Eutrofikasi



Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan nutrien atau unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan. Nutrient yang dimaksud adalah nitrogen dan fosfor. Eutrofikasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu artificial atau cultural eutrophication dan natural eutrophication. Eutrofikasi diklasifikasikan sebagai artificial (cultural eutrophication) apabila peningkatan unsur hara di perairan disebabkan oleh aktivitas manusia dan diklasifikasikan sebagai natural eutrophication jika peningkatan unsur hara di perairan disebabkan oleh aktivitas alam (Effendi, 2003).
Beberapa elemen (misalnya silikon, mangan, dan vitamin) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan algae. Akan tetapi, elemen-elemen tersebut tidak dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi meskipun memasuki badan air dalam jumlah yang cukup banyak. Hanya elemen tertentu, misalnya fosfor dan nitrogen, yang dapat menyebabkan perairan mengalami eutrofikasi (Mason 1993 in Effendi 2003). 
Eutrofikasi merupakan suatu problem yang mulai muncul pada dekade awal abad ke-20, ketika banyak alga yang tumbuh di danau dan ekosistem lainnya. Meningkatnya pertumbuhan algae dipengaruhi langsung oleh tingkat kesuburan perairan oleh adanya aktivitas manusia biasanya berasal dari limbah organik yang masuk ke perairan.
Algae memiliki peran dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air sebagai dasar mata rantai makanan di perairan. Namun apabila keberadaan Algae di perairan dalam jumlah berlebih, maka dapat menurunkan kualitas perairan. Tingginya populasi fitoplankton (algae) beracun di perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif yang merugikan perairan, seperti berkurangnya oksigen perairan dan menyebabkan kematian biota perairan lainnya.

Gejala Terjadinya Eutrofikasi

Problem eutrofikasi baru disadari pada dekade awal abad ke-20 saat alga banyak tumbuh di danau-danau dan ekosistem air lainnya. Problem ini disinyalir akibat langsung dari aliran limbah domestik. Hingga saat itu belum diketahui secara pasti unsur kimiawi yang sesungguhnya berperan besar dalam munculnya eutrofikasi ini.
Masalah utama sebagai pemicu terjadinya proses peledakan kelimpahan fitoplankton di suatu perairan adalah kodisi lingkungan perairan tersebut yaitu adanya peningkatan nutrisi yang tidak seimbang pada trofik level di lapisan eufonik. Peningkatan masuknya nutrisi bisa merupakan proses alami (seperti proses umbulan atau upwelling, masukan dari air sungai yang tercemar) atau akibat aktivitas manusia. Selain itu buangan bahan organik diperairan biasanya berupa bahan nutrisi dari hasil pemupukan (fosfat, nitrogen dan potasium) sebagai penyumbang utama akan pencemaran di perairan sehingga mengakibatkan beberapa jenis biota perairan mati (Sediadi & Thoha, 2000).
Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap danau besar dan kecil, di antara nutrient yang berperan penting bagi tanaman (karbon, nitrogen, dan fosfor) ternyata fosfor merupakan elemen kunci dalam proses eutrofikasi. Suatu perairan dikatakan eutrofik jika konsentrasi total fosfor berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sebuah percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan bahwa danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan. Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk senyawa fosfat) di samping karbon dan nitrogen terbukti nyata mengalami algal bloom.
Menyadari bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup semakin meningkat terhadap permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat, seperti detergen dan limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam detergen. Program miliaran dollar pernah dicanangkan lewat institusi St Lawrence Great Lakes Basin di AS untuk mengontrol keberadaan fosfat dalam ekosistem air. Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan perundangan yang mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat dari rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian fosfat dalam detergen juga menjadi bagian dari program tersebut (Anonim, 2011).

Akibat yang Ditimbulkan Oleh Proses Eutrofikasi
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan algae, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya (Anonim, 2011).
Selain hal itu, dampak lain yang dapat terjadi akibat proses eutrofikasi antara lain :
 Blooming algae dan tidak terkontrolnya pertumbuhan tumbuhan akuatik lain§
 Terjadi kekeruhan perairan§
 Terjadi deplesi oksigen, terutama di lapisan yang lebih dalam dari danau atau waduk§
 Terjadi supersaturasi oksigen§
 Berkurangnya jumlah dan jenis spesies tumbuhan dan hewan§
 Berubahnya komposisi dari banyaknya spesies ikan menjadi sedikit spesies ikan§
 Berkurangnya hasil perikanan akibat deplesi oksigen yang signifikan d perairan§
 Produksi substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green algae§
 Ikan yang ada di perairan menjadi berbau lumpur§
 Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya kejernihan air§  §Menurunkan kualitas air sebagai sumber air minum dan MCK    
         
Strategi Penanggulangan Eutrofikasi
Dewasa ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan temporal, tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit untuk diatasi sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin ilmu dan lintas sektoral.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air. Oleh karena itu salah satu solusi yang penting yaitu dibutuhkan suatu kebijakan yang kuat dalam mengontrol pertumbuhan penduduk serta penggunaan fosfat terutama di bidang pertanian. Dalam pemecahan problem ini, peran serta pemerintah dan seluruh masyarakat sangat penting terutama untuk mengelola, memelihara, dan melestarikan sumber daya air demi kepentingan bersama (Anonim, 2011)
Pada umumnya ada dua cara untuk menanggulangi eutrofikasi (Anonim, 2011)
1.      Dampak terhadap Sosial Ekonomi.
Uraian tersebut diatas menggambarkan betapa pencemaran oleh limbah organik yang berlanjut akan mampu merubah metabolisme badan air dan merusak system metabolisme yang ada sehingga ekosistem terdegradasi dan berubah menjadi seperti “comberan” atau genangan air pembuangan limbah atau pelimbahan Untuk itulah, maka meskipun saat ini waduk, danau dan pantai belum benar-benar menjadi “comberan-raksasa” namun karena penuh dengan eceng gondok, alga berlendir, beracun dan bau maka potensilain dari SDLP ini; seperti untuk arena-rekreasi, dan budidaya ikan. akan hilang; sedangkan potensi lain seperti untuk bahan baku air bersih, MCK dan pembangkit tenaga listrik menjadi sangat mahal karena untuk memanfaatkan secara optimal memerlukan biaya tambahan yang tidak sedikit. Tidak seperti di negera 4 musim yang hanya terjadi 1-2 kali setahun. Di Indonesia, karena hampir setiap hari ada cahaya matahari maka
 blooming dapat terjadi setiap saat. Fenomena inilah yang menyebabkan waduk, danau dan pantai yang telah menjadi hijau jarang menjadi jernih kembali.
Sumber daya air merupakan aset lingkungan dan karena itu memiliki harga. Ada metode berbasis pasar untuk memperkirakan biaya dan manfaat, dan ini memungkinkan untuk menggunakan analisis biaya-manfaat sebagai alat yang berguna untuk menilai dampak ekonomi dari pengurangan dari eutrofikasi atau masalah polusi lainnya. Manfaat berkisar dari kualitas air minum yang lebih tinggi dan risiko kesehatan berkurang (Gambar 29) untuk menggunakan rekreasi meningkat (Gambar 30).. Efek pada kesehatan manusia dari kurangnya sanitasi dan efek kronis ganggang beracun adalah dua dari banyak efek tidak langsung akibat eutrofikasi analisis biaya-manfaat pengurangan polusi telah jelas menunjukkan bahwa biaya total masyarakat 'tidak ada pengurangan polusi jauh lebih tinggi daripada setidaknya' pengurangan polusi yang wajar '.
Akibatnya, perlu untuk memeriksa pencegahan pencemaran dan pemulihan kualitas air di danau dan waduk dari sudut pandang ekonomi. Hasil pemeriksaan tersebut harus diterapkan untuk menilai biaya dan pajak limbah hijau Pengalaman internasional menunjukkan bahwa instrumen ekonomi yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas air dan memecahkan masalah polusi air terkait Jadi, perencanaan yang efektif dan pengelolaan danau dan waduk tidak hanya bergantung pada pemahaman yang baik dari badan-badan air sebagai sistem ekologi tetapi juga nilai mereka kepada orang-orang sebagai daerah rekreasi dan sumber daya air.
Di masa lalu, strategi pengelolaan beberapa dikembangkan dan diterapkan untuk memecahkan masalah penurunan kualitas permukaan dan air tanah. Ini sering merupakan respon terhadap situasi kritis akut mengakibatkan kenaikan biaya air. Permintaan air berkualitas baik segar hanya memecahkan sebagian dan lokal, ini adalah karena terlalu sedikit sumberdaya yang dialokasikan terlambat untuk memecahkan masalah. Pencegahan dini adalah jauh metode termurah untuk menghindari kemudian polusi. Kebutuhan untuk mengintegrasikan isu-isu sosial dan budaya dalam strategi manajemen baru
Pendekatan manajemen baru yang diperlukan yang mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan teknologi dengan isu-isu sosial, budaya dan politik untuk pembangunan berkelanjutan sumber daya air untuk kebutuhan manusia. Pelaksanaan konsep DAS dengan membentuk Komite Daerah Aliran Sungai nasional dan internasional adalah mendasar dalam mengembangkan strategi manajemen yang efektif untuk danau dan waduk. Berdasarkan konsep ekosistem dan pendekatan perencanaan terpadu, pelatihan para pembuat keputusan dan manajer merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam strategi ini.
Hal ini sering tidak aman untuk mengkonsumsi air di negara-negara berkembang Perubahan persepsi dari nilai air untuk memenuhi perubahan dalam pengelolaan sumber daya air, kebutuhan air lingkungan dan seluruh ekosistem di negara-negara yang diperlukan. Ini akan sulit untuk membuat perubahan seperti inersia diberikan saat ini terhadap nilai air, tetapi kesadaran masyarakat dan pendidikan lingkungan adalah langkah-langkah dalam arah yang benar.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas air di negara-negara berkembang, khususnya meningkatkan eutrofikasi: industrialisasi, pembangunan perkotaan, baru praktek pemanfaatan lahan dan perubahan dalam penggunaan air. Mengingat perubahan ini, penting untuk mengintegrasikan hidrologi, aspek sosial, ekonomi dan budaya dengan ilmiah berbasis pengetahuan danau dan waduk. Aspek-aspek sosial dari eutrofikasi sering besar di negara berkembang Hilangnya pekerjaan akibat dari ikan berat membunuh karena deplesi oksigen adalah salah satu contoh dari dampak sosial yang besar akibat eutrofikasi.
Sebuah strategi manajemen baru harus merekomendasikan beberapa alternatif dengan praktek-praktek ini. Sebagai contoh, salah satu harus merekomendasikan bahwa erosi tanah dapat dihentikan atau setidaknya dikurangi dengan menghentikan deforestasi dan pembakaran teknik (Gambar 31) dalam pertanian. Melaksanakan pencegahan, pengendalian dan pengelolaan eutrofikasi dalam suatu strategi terpadu dapat memberikan kesempatan pekerjaan baru dan alat untuk pengembangan ekonomi, dengan manfaat sosial yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Dekomposisi zat organik. [terhubung berkala]. www.wordpress.com. [diakses pada tanggal 28 oktober 2011, pukul 21.00
Anonim. 2011. Eutrofikasi. [terhubung berkala]. www.wikipedia.com [diakses pada tanggal 28 oktober 2011 pukul 21.30]
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyadi, Aras. 1999. Pertumbuhan dan Daya Serap Nutrient dari Mikroalgae Dunalilella tertiolecta yang Dipelihara pada Limbah Domestik. Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 65 - 68 (1999). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Sediadi, H., dan A. Thoha. 2000. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Fitoplankton Di Perairan Sekitar Tambak Di Daerah Kamal, Tangerang, Jakarta. Jurnal. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.


Laporan Praktikum Pemeliharaan Ayam Broiler



 

A.   PENDAHULUAN

Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh (Rasyaf, 2008). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam broiler adalah salah satu klasifikasi sebagai ayam pedaging atau ayam yang arah kemampuan utamanya menghasilkan daging. Anatomi ayam hampir sama pada semua strain. Perbedaan secara anatomi biasanya hanya ukuran tubuh. Ayam broiler yang masih kecil yang baru dibeli sangat di identik dengan pengawasan dan ketelitian. Pada ayam broiler yang baru datang sangat membutuhkan perlakuan yang baik dan pemanasan.
            Periode pemanasan ( broading periode ) atau disebut juga dengan period starter. Pada prinsipnya, pemeliharaan ayam broiler breeder dan komersial pada periode pemanasan dimulai sejak DOC diterima. Sampai umur 3-4 minggu periode pemanasan sangat penting karena pada periode ini terjadi perkembangan fisiologi yang menentukan fisiologi yang menentukan keberhasilan usaha pemeliharaan ayam, yaitu periode pembentukkan sistem kekebalan tubuh, sistim kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal pembentukan kerangka putih.


            Ayam broiler sangat dominan diternakkan di indonesia karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat. Bobot badannya yang semakin hari semakin bertambah dan juga dapat menghasilkan keuntungan apabila diternakkan dalam jumlah yag banyak.Ayam broiler sangat mudah sekali mengalami stress. Oleh sebab itu diperlukan pemeliharaan yang baik dan efesien, karena stress dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan dapat menyebaban kematian.Kandang ayam broiler ini dibuat dengan perlakuan yang dilaksanakan dengan memakai liret/serbuk kayu.

B.   Tujuan
Mahasiswa  dapat mengetahui manajemen atau cara-cara pengelolaan ayam broiler pada pemeliharaan ayam broiler dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen ayam broiler dan mengajar peserta praktikum bagaimana cara pemeliharaan ayam broiler yang baik dan bagaimana cara pemberian pakan, minum, obat-obatan dan vaksinasi.

C.   Manfaat
Adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang standar kebutuhan ransum dan kualitas ransum untuk ayam broiler denganmembandingkan antara teori dengan kenyataan yang ada di dalam usaha peternakan serta  peserta praktikum tahu cara-cara yang baik untuk pemeliharaan ayam broiler dan tahu perbedaan ayam broiler yang mana dapat tumbuh Cepat, dan mahasiswa nantinya mampu menerapkan ilmu bagaimana cara membudidayakan ayam broiler secara baik dan benar di dalam kehidupan yang nyata.

D.   Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tempat dilaksanakan pemeliharaan ayam Broiler pada tanggal 03 april s/d 04 Mei 2012,Lokasi dilaksanakan di Eksfarm UNSYIAH di jl. Rukoh.


E.   Bahan dan Alat
Bahan:
1.    Litter /sekam (serbuk gergaji)
2.    POC NASA
3.    VITERNA
4.    Air(Mineral)
5.    Ransum
6.    Vaksin ND
7.    Glukosel dan Rodalon(Desinfektan)
8.    Ayam (Doc)
Alat:
1.    Lampu
2.    Kandang
3.    Tempat pakan
4.    Tempat minum
5.    Sapu
6.    Sprayer
7.    Sekat kandang
8.    Catatan recording /ATM
9.    VITERNA
10. Air(Mineral)
11. Ransum
12. Vaksin ND
13. Glukoseldan Rodalon(Desinfektan)
14. Ayam (Doc)




F.    Hasil Pengamatan
UMUR/
MINGGU
BERAT BADAN
(gr)
KONSUMSI PAKAN
(gr)
Konversi pakan
Pertambahan
BB/hari (gr)
1
43
3000
69.7
30.5
2
550
7000
12.7
54
3
1200
9000
7.5
108
4
1500
9500
6.3
80
Panen
1700
2500
1,4
50

G.   Pembahasan
Dalam pemeliharaan ayam broiler ini sebelumnya kami melakukan sanitasi pada kandang agar dalam pemeliharaan nantinya doc tidak terserang oleh penyakit yang menyebatkan ayam tersebut mati.pembersihan kandang tersebut kami menggunakan alat seperti Lampu digunakan untuk pemanasan, dipasang sebelum ayam datang ke kandang, agar ayam setiba tempatnya tidak kedinginan,
Kandang di sediakan dengan ukuran(200 x 160 cm), tempat pakan & Tempat minum setelah dicuci dikeringkan agar bakteri yang ada didalamnya menjadi bersih, sapu digunakan untuk menyapu seluruh kandang, sprayer ini digunakan untuk penyemprotan pada dinding kandang dengan larutan sanitasi rodalon, sekat kandang sebagai tempat pembembesar/kecil untuk masa pertumbuhan ayam yang semakin besar nantinya, Catatan recording /ATM alat ini digunakan untuk proses pencatatan hasil data yang di peroleh oleh pertumbuhan badan ayam tersebut.
Dengan pemeliharaan ini ayam yang dipelihara setiap / kelompok berjumlah 18 ekor dengan bibit ayam broiler dari PT. Charoen Phophan Medan-Indonesia, Litter /sekam (serbuk gergaji) ini digunakan agar kandang tersebut tidak lembab dan mencegah terjadinya timbul penyakit. Ketebalan litter mencapai 5 cm, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 0.5 ml + Viterna  0.5 ml + air (mineral) 1 liter pada hari 1-5, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 1 ml + Viterna 1 ml + air (mineral) 2 liter pada hari 6-10, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 1,5 ml + Viterna 1,5 ml + air (mineral) 3 liter pada hari 11-15, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 2 ml + Viterna 2 ml + air (mineral) 3 liter pada hari 16-20, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 2,5 ml + Viterna 2,5 ml + air (mineral) 4 liter pada hari 21-25, POC NASA diberikan pada ayam sebanyak 3 ml + Viterna 3 ml + air (mineral) 5 liter pada hari 26-30. Pemberian POC NASA dan Viterna bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ayam serta meningkatkan kualitas daging.
Setiap hari diberikan pakan berupa ransum, pemberian pakan dilakukan secara edlibitum di dalam tempat pakan, dalam satu hari pakan diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada saat pagi jam 07.00-08.30, dan pada sore hari pada jam 16.00-17.30.
Pada minggu pertama pakan yang dihabiskan sebanyak (3 kg) dan sisa pakan sebanyak (5 kg), Pada minggu kedua pakan yang dihabiskan sebanyak (7 kg) dan sisa pakan sebanyak (2 kg), Pada minggu ketiga pakan yang dihabiskan sebanyak (9 kg) dan sisa pakan sebanyak (2 kg), Pada minggu keempat pakan yang dihabiskan sebanyak (9.5 kg) dan sisa pakan sebanyak (2,5 kg).
Pada saat DOC berat ayam rata-rata sebesar (43 gr), pertambahan berat yang dialami dalam minggu pertama adalah sebesar (226 gr), pada minggu kedua sebesar (550 gr), pada minggu ketiga sebesar (1,2 kg), dan pada minggu keempat sebesar (1,5 gr). Perhitungan ini dilakukan setiap seminnggu sekali pada hari selasa. Sedangkan pertambahan berat badan perharinya sebesar (8,0 gr).
Pada pemeliharaan ayam broiler ini juga dilakukan juga vaksinasi sebanyak 2 kali yaitu pada saat ayam berumur (4 hari) dengan menggunakan vaksin ND (tetes mata) yang menggunakan pelarut dapar, pemberiannya yaitu dengan cara meneteskan vaksin ND di mata ayam, jadwal vaksin dilakukan pada sore hari pukul 05.00 WIB, dan dilakukan lagi vaksinasi pada saat ayam berumur (15 hari) dengan menggunakan vaksin ND (minum), pemberiannya yaitu dengan cara melarutkan vaksin ke dalam air minum ayam, jadwal pemberian vaksin dilakukan pada sore hari. Vaksinasi pada ayam dilakukan supaya ayam tidak mudah terinfeksi dari virus atau penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada ayam ataupun kematian pada ayam.

H.   Kesimpulan
Pada percobaan pemeliharaan ayam broiler ini dapat kami simpulkan bahwa vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.
 Daftar Pustaka
Kartasudjarna,R dan Edjeng S.2006.Manajemen Ternak Unggas Swadaya.Jakarta
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.













Lampiran 1.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
SANITASI KANDANG DAN PERLENGKAPANNYA

Nama Kelompok      : kelompok 4
Tanggal Praktikum  : 3 - April - 2012
                        Sanitasi kandang dan perlengkapannya
Luas kandang                                              : 200 x 160 m
Alat-alat yang disanitasi                             : kandang dan litter
Desinfektan yang digunakan                    : Glukosel dan Rodalon
Alat-alat yang digunakan untuk nsanitasi          : Sprayer
Catatan tambahan                                       :  Pada awal Sanitasi kandang – kandang di
                                                                  perlakuakan  dengan desinfektan Rodalon
                                                                   dan dilanjutkan dengan desinfektan Glukosel
                                                                  hingga panen.
                     








Lampiran 2
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PERSIAPAN PEELIHARAAN AYAM BROILER

Nama Kelompok      : kelompok 4
Tanggal Praktikum  :
                        Persiapan pemeliharaan ayam
Luas Kandang         : 32000           m2
Model Kandang       : sekat
Nama Desinfektan  : glukosel dan rodalon
Kapasitas Brooder   : 18      ekor
Suhu Brooder           : 28      oC
Tebal Sekam             : 5        cm
Tuliskan langkah kerja yang anda lakukan di lapangan :
            Sebelum ayam di masukkan ke kandang, kandang di bentuk persegi panjang dengan menggunakan sekat dari jeruji besi. Lalu kandang disanitasi sengan menggunakan rodalon dan glukosel ke seluruh sudut kandang, kemudian litter dimasukkan ke kandang hingga ketebalan 5 cm, kemudian di semprot lagi dengan menggunakan desinfektan pada permukaan litter tersebut, setelah sanitasi ini dilakukan maka siap dimasukkan ayam.



Lampiran 3
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
VAKSINASI ND DENGAN CARA MENETES MATA

Nama Kelompok      : kelompok 4
Tanggal Praktikum  :
                        Vaksinasi ND dengan cara menetes mata
Jenis ayam    : broiler/pedaging
Jumlah ayam            : 18                  ekor
Umur ayam   : 4                    hari
Nama vaksin : ND latosa
Pelarut           : aquades dan dapar biru
Tempat penimpanan vaksin sebelum digunakan :
Suhu tepat penyimpanan  :
Waktu vaksinasi                   : pagi/siang/sore *)
Tempat vaksinasi                 : dalam ruangan/luar ruangan *)
Jumlah yang divaksin melalui tetes mata : 18    ekor
Hasil vaksinasi
Ayam hidup  : 18
Ayam sakit     : -
Ayam mati     : -
*) coret yang tidak perlu
Catatan tambahan:
Lampiran 4
LEBAR KERJA PRAKTIKUM
PANEN AYAM BROILER

Nama Kelompok      : kelompok 4
Tanggal Praktikum  :
                        Catatan pemeliharaan ayam broiler
Strain ayam                           : Cp 511 dan 512
Umur ayam (akhir)               : 30 hari
Jumlah ayam  (akhir)          : 17
Mortalitas                               : 1        ekor/               %
Rata-rata bobot badan        : 1.7     kg/       1700   gram
Rata-rata konsumsi             :           kg/                   gram
Konversi ransum                 :
Kesimpulan                          :




Lampiran 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
STANDAR PERFORMANS MINGGUAN STRAIN.........BROILER

Tanggal masuk DOC          : 3 april
Strain                                     :
Berat awal                             :
Jumlah DOC                         : 18      ekor
UMUR/
MINGGU
BERAT BADAN
(gr)
KONSUMSI PAKAN
(gr)
Konversi pakan
Pertambahan
BB/hari (gr)
1




2




3




4




5




6




7




8