1.
Deskripsi
Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki
batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam
tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut
cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya
jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah
polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh
para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan
segalanya. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500
meter di atas permukaan laut.
Petai cina ( leucaena
leucocephala) pohon tingggi sampai 18 m, bercabang banyak dan
kuat, dengan kulit batang abu-abu dan
lenticel yang jelas. Daun bersirip dua dengan 4-9 pasangan sirip, bervariasi
dalam panjang sampai 35 cm, dengan glandula besar (sampai 5 mm) pada dasar
petiole, helai daun 11-22 pasang/sirip, 8-16 mm x 1-2 mm, akut. Bunga sangat
banyak dengan diameter kepala 2-5 cm,stamen (10 per bunga) dan pistil sepanjang
10 mm. Buah polong 14-26 cm x 1,5-2 cm, pendant, coklat pada saat tua. Jumlah
biji 18-22 per buah polong, berwarna coklat.
Gambar.1.
petai cina (leucaena)
Gambar.
2. Leucaena.
Gambar.
3. Diliat dari dekat pohon leucaena.
2. Adaptasi
Leucaena Leucocephala Adaptasi rendah pada tanah asam tidak
subur Pertumbuhan rendah pada suhu rendah dan rentan terhadap suhu
beku. Relatif lemah pada saat masih kecil (bibit) dan lambat tumbuh. Produksi tinggi pada tanah yang sesuai, Tahan terhadap musim
kering yang panjang dan tetap berdaun pada musim kering.
Lamtoro
menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 °C); dengan ketinggian di
atas 1000 ml. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di wilayah dengan
kisaran curah hujan antara 650-3.000 mm (optimal 800-1.500 mm) pertahun; akan
tetapi termasuk tidak tahan penggenangan.
Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat
mencapai ukuran dewasanya (tinggi 13—18 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun.
Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar
20 hingga 60 m³ perhektare pertahun.
3. Sifat
Tumbuh
Tanaman lamtoro tumbuh tegak dan tinggi dengan tajuk yang
lebar, sehingga sangat cocok dengan salah satu fungsinya sebagai tanaman
pelindung.
4. Perbanyakan
Tanaman
lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Tanaman ini
juga bisa diperbanyakan dengan cara persemaian, dan bila ditebang atau dibakar,
tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam jumlah
banyak.
5.
Produksi
Produksi tanaman Luecaena biasanya dalam bentuk hijauan segar,
6.
Kegunaan
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan
sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki
tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara
jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya.
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon
peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak.
Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna
yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani).
Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin,
jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk
mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah.
Perakaran lamtoro memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen.
7.
Sumber Bacaan
Zoer’aini djaal irwan. 1992. Ekologi
lingkungan hidup. Cetakan II. Jakarta
Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi,
lingkungan hiup dan pembangunan, djambatan, jakarta.
No comments:
Post a Comment