Monday, December 24, 2012

Leguminosa Lamtoro,



Tanaman Leguminosa atau disingkat legume merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sumber protein. Phyllum tanaman legume adalah Spermatophyta. Memiliki 3 sub family yaitu faboideae atau biasa juga disebut papilionoideae, caesalpinioideae atau mudahnya disebut caesalpinae, dan mimosoideae atau mimoseae. Masing-masing memiliki bentuk bunga yang berbeda-beda. Kebun Koleksi BPTU Sembawa memiliki koleksi tanaman legume sebagai berikut :
Gliricida sepium. Memiliki nama umum yaitu gamal atau gliricide. Merupakan jenis tanaman legume yang memiliki tipe daun imparipinate. Gamal merupakan tanaman sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Tanaman pohon kecil ini biasanya bercabang banyak dengan tinggi 2 – 15 m. Batang berdiameter 15 – 30 cm berwarna hijau ketika masih muda dan jika sudah tua berwarna putih keabu-abuan sampai cokelat kemerahan dengan bintik-bintik berwarna putih. Bunga mulai muncul ketika daun berguguran yaitu pada musim kemarau. Bunga berbentuk kupu-kupu terkumpul pada ujung batang sepanjang 10-15 cm berjumlah sekitar 25-50 kuntum Tipe bunga yaitu Papilonaceae atau menyerupai kupu-kupu. Tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia. Beberapa penelitian menyebutkan tanaman ini merupakan sumber protein nabati yang cukup baik diberikan pada ternak. Gamal merupakan pakan ternak sumber protein yang baik dengan kandungan protein yang lebih tinggi daripada konsentrat yang memiliki kandungan protein maksimal hanya 17%. Daun-daun gamal dan mudah dicernakan sehingga cocok untuk pakan ternak khususnya ruminansia. Hijauan gamal mengandung protein kasar 20-30 % BK, serat kasar 15 %, dan kecernaan in vitro bahan kering 60-65 %. Menurut Sukanten, gamal mengandung protein kasar (CP) 18 – 24 % pada waktu musim hujan dan 17 – 22 % pada waktu musim kemarau. (Sukanten et al, 1994). Gamal memiliki kadar tannin cukup tinggi, sehingga ketika baru dipanen, perlu diangin-anginkan terlebih dahulu, agar zat tannin tersebut menguap.
Leucaena leucochepala. Di Indonesia disebut juga lamtoro gung. Bunganya berbentuk bola bewarna putih. Termasuk dalam subfamily mimosoideae. Tumbuhnya tegak dan memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi. Tipe daun bipinate paripinate. Pohon lamtoro memiliki ketinggian sekitar 10-20 m. Percabangan rendah, banyak dengan pepagan kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel. Ranting-ranting bulat dengan ujung yang berambut rapat. Buah polong bentuk pita lurus, pipih dan tipis, 14—26 cm × 1.5—2 cm, dengan
sekat-sekat di antara biji, hijau dan akhirnya coklat kering jika masak, memecah sendiri sepanjang kampuhnya. Berisi 15—30 biji yang terletak melintang dalam polongan, bundar telur terbalik, coklat tua mengkilap, 6—10 mm × 3—4.5 mm. ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat kecernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi diantara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya. Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan pemberian lamtoro. mengingat adanya kandungan zat racun yang dapat merontokkan bulu. Makanan tambahan tersebut diupayakan pemberiannya dalam bentuk kering matahari.
Desmanthus virgatus. Di Indonesia disebutnya lamtoro mini. Family fabaceae, sub family mimosoideae. Memiliki daun berbentuk seperti bola. Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Bangsa: Rosales, Suku: Caesalpiniaceae, Marga: Desmanthus,. Jenis tanaman perennial dengan tipe daun bipinate paripinate. Karena pada ujungnya memiliki jumlah daun genap. Tanaman ini mudah di budidayakan dan cepat tumbuh walaupun pada musim kemarau, keuntungannya dapat menciptakan binatang kecil warna putih/drosopila sebagai makanan tambahan burung walet.
Stylosanthes graciliaris. Tanaman herba semusim atau tahunan berumur pendek yang biasanya semi tegak tetapi kadang-kadang menjalar. Termasuk dalam sub family faboideae atau papilonaceae. Batang halus. Daun dengan tiga helai (trifoliate) helai daun tengah panjang 16-26 cm dan lebar 3-6 mm, acute. Tangkai bunga dari ketiak atau ujung daun, spike bulat, panjang sampai 20 mm, dengan bunga berwarna kuning, buah polong bersegmen dua, kedua segmen biasanya subur, segmen atas panjang 6-7 mm termasuk suatu ujung seperti pancing sepanjang 3-4 cm, dan segmen bawah sepanjang 3,5 mm. Biji berwarna coklat sampai hitam, bertotol, panjang 2-2,5 mm, berbentuk ginjal tak simetris. Sekitar 270.000 biji dalam buah polong dan 450.000 biji bersih/kg. Setelah dilakukan perkecambahan selama 9-10 minggu akan muncul bunga. Bisa digunakan sebagai padang gembala permanen. Sangat baik sebagai pakan potong angkut dan sebagai hijauan segar, atau sebagai hay bila dipotong sebelum musim kering. Keunggulan tanaman ini antara lain : dapat disebarkan pada padang gembala alam atau ditanam dengan rumput unggul, tumbuh pada tanah tidak subur, sangat tahan terhadap penggembalaan, tahan terhadap penyakit anthracnose.
Sesbania grandiflora. Dikenal dengan nama tanaman Turi. Tanaman ini tidak berumur panjang, dengan pertumbuhan cepat dan sistem perakaran yang dangkal serta cabangnya menggantung. Bentuk berupa pohon dengan percabangan jarang, cabang mendatar, batang utama tegak, tajuk cenderung meninggi, daun menyirip ganda. Daunnya majemuk menyirip sepanjang 30 cm dengan jumlah anak daun genap (berpasangan) sekitar 20-50 anak daun per tangkai. Bentuk daun lonjong atau oval. Bunganya tersusun majemuk, mahkota berwarna putih, tipe kupu-kupu khas Faboideae. Buah polong, menggantung. Tipe daun bipinate dengan tipe tumbuh tegak. Termasuk dalam tanaman family fabaceae dengan sub family faboideae. Bentuk bunganya papilonaceae. Polongnya menggantung berbentuk ramping dan lurus dengan ujung meruncing. Ukuran panjang polong 30-50 cm dengan lebar 1-1,5 cm. Ketika masih muda, polong berwarna hijau, kemudian setelah tua berwarna kuning. Daunnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak yang baik. Turi merupakan golongan leguminosa yang disukai ternak dan bungannya disukai masyarakat. Turi tahan terhadap pemotongan berulang-ulang. Produksinya dapat mencapai 20 ton bahan kering/Ha/tahun. Turi mengandung protein tinggi yaitu 36% dan mengandung energi lebih tinggi dibanding kaliandra, lamtoro dan gamal. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan daun turi dapat meningkatkan produktifitas ternak kambing secara signifikan. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya, daun turi sebaiknya diberikan pada saat kebutuhan zat-zat makanan meningkat secara drastis, terutama pada akhir kebuntingan dan awal laktasi.
Macroptilium atropurpureum. Dikenal dengan nama Siratro. Tanaman tahunan dengan akar tunggang besar yang dalam dan batang membelit, menjalar dan memanjat. Batang pada dasar tanaman lebih tua berserat, diameter >5 mm, batang yang lebih muda berdiameter sekitar 1-2 mm, kadang-kadang membentuk nodul akar pada kondisi yang ideal. Daun berdaun tiga (trifoliate), helai daun memanjang 2-7 x 1,5-5 cm, hijau tua dan berbulu halus pada permukaan atas, berwarna hijau abu. Bunga berbentuk tabung, panjang 8-9 mm dan lebar 3 mm, berwarna ungu tua dengan merah didekat dasar bunga. Buah polong lurus, panjang 5-10 cm, diameter 3-5 mm, mengandung sampai 12 (-15) biji. Buah polong akan menyebar ketika masak. Biji berbentuk bulat, coklat muda sampai hitam, bulat pipih, 4 x 2,5 x 2 mm, 75.000 biji/kg. Tanaman ini terutama digunakan sebagai padang gembala jangka pendek dan permanen. Paling baik dan cocok untuk penggembalaan, tanaman ini juga dapat digunakan untuk potong angkut dan membuat hay (biasanya bersama rumput), sifatnya yang saling membelit mungkin akan menyulitkan panen. Juga digunakan sebagai konservasi tanah dan sebagai penutup tanah, tanaman sela (termasuk setelah padi), atau sebagai tanaman pakan hijauan ditanam bersama padi gogo. Nilainya sebagai sumber protein pada musim kering berkurang karena kecendrungannya untuk menggugurkan daun pada kondisi yang sangat kering.
Clitoria ternatea L. Nama umumnya Kembang Telang/ Klitoria. Deskripsi : Perdu tahunan yang memiliki perakaran yang dalam dan berkayu. Batang agak menanjak atau tegak dengan tinggi antara 20—90 cm, berbulu lebat melekat. Berdaun tiga, anak daun berbentuk lonjong, permukaan atas gundul dan permukaan bawah dengan bulu yang tersebar. Perbungaan tandan di ketiak dengan 1—2 bunga, panjang tangkai daun hingga 4 cm; kelopak daun berwarna ungu hingga hampir putih. Buah polong berbentuk memita-lonjong, gundul, berbiji 3—7; katup cembung, berkambi. Biji bundar hingga bulat telur, lengket, berwarna kuning-coklat. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan Tengah dan tropik. Tumbuhan ini telah menyebar ke daerah tropika sejak abad 19, terutama ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Clitoria merupakan salah satu semak belukar yang umum tumbuh di tempat terbuka, sepanjang jalan dan di lereng terutama pada tanah berpasir dan tanah liat merah. Tumbuhan ini memerlukan kelembaban dengan iklim tropis dataran rendah dengan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2000 mm, tapi pernah dilaporkan juga tumbuh di daerah dengan curah hujan hanya sekitar 500 mm. Bijinya yang lengket sering disebarkan oleh ternak dengan cara menempel pada bulunya. Ketika dibudidayakan,dengan biji pada umumnya disebar langsung, tetapi kadang-kadang di sebar dalam baris-baris. Tanaman ini hanya membutuhkan sedikit perawatan. Manfaat tumbuhan ini selain untuk pakan ternak, juga digunakan secara sebagai pupuk hijau dan penutup tanaman di perkebunan karet dan kopi, dan di sepanjang garis kontur untuk mengendalikan erosi. Di Indonesia daunnya digunakan untuk mengobati jerawat.
Centrosema pubescens. Tanaman tahunan, merambat,-memanjat-membelit. Batang sedikit berbulu, berkayu ketika tua. Berdaun tiga helai (trifoliate), helai daun bulat memanjang atau bulat telur. Kelompok bunga oblong dengan kelompok bunga dari ketiak dengan 3-5 bunga, berwarna ungu muda atau tua, kadang-kadang putih. Buah polong linier panjang 4-17 cm dan lebar 8-7 mm, lurus atau sedikit melengkung dan seperti paruh, coklat tua saat masak dan mengandung sampai 20 biji. Biji berukuran 4-5mm x 3-4 mm, hitam kecoklatan, dengan totol-totol gelap, dimana berat 100 biji kira-kira 2,5 gram (sekitar 40.000 biji/kg). Penggunaan/pemanfaatan antara lain sebagai penutup tanah di perkebunan, padang penggembalaan dengan campuran rumput, hijauan potong angkut dan sebagai pupuk hijau. Mengandung nilai nutrisi Kadar PK tinggi (17-26%), CBKIV (Kecernaan Bahan Kering In Vitro) sedang (45-65%); Secara umum, daun sentro umur 3 bulan; rata-rata dari 7 kali pemotongan: PK 26%, CBKIV 52%, P 0,24%, Ca 0,86%.
Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi. Tanaman Indigofera Sp tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Memiliki ciri-ciri morfologi antara lain : bentuk daun lonjong memanjang berwarna hijau, dengan panjang daun 6,93 cm dan lebar daun 2, 49 cm. Tinggi pohon sekitar 400 cm dan rataan produksi per pohon sekitar 2,595 kg. Rataan produksi daun per pohon sekitar 697,75 gram atau 36, 43%. Rataan produksi batang per pohon sekitar 1627,25 gram atau 63,57% dan produksi segar sekitar 52 ton per hektar. Pemangkasan Indigofera sp untuk pakan ternak pada umur potong pertama : 8 bulan dengan interval pemotongan : 60 – 90 hari. Tinggi pemotongan :1,0 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jumlah pemberian :1 – 2 kg/ ekor per hari. Kandungan Nutrisi Indigofera Sp yaitu : bahan kering 21,97%, Abu 6,41%, Protein kasar 24,17%, Energi kasar 4.038 Kkal/kg.
Kaitan Internet
http://www.fao.org/ag/AGP/AGPC/doc/Gbase/data/pf000049.htm http://www.fao.org/ag/AGA/AGAP/FRG/afris/Data/258.HTM http://www.pi.csiro.au/ahpc/legumes/pdf/siratro.pdf http://www.pi.csiro.au/ahpc/grasses/pdf/aztec.pdf http://www.agric.nsw.gov.au/reader/past-troplegume/dpi306.htm

No comments:

Post a Comment